Di Kampung budaya Sindangbarang terdapat 8 macam kesenian Sunda yang telah direvitalisasi dan dilestarikan oleh para penduduknya. Disini terdapat pula situs-situs purbakala peninggalan kerajaan Pajajaran berupa Bukit-bukit berundak.Di sindangbarang setiap satu tahun sekali diselenggarkan upacara adat Seren Taun yaitu upacara ungkapan rasa syukur masyarakat terhadap Tuhan Yang Maha Esa atas hasil Panen dan hasil bumi yang diperoleh pada tahun ini dan berharap hasil panen tahun depan akan lebih baik lagi.
Untuk melestarikan kesenian tradisional di kampung budaya, maka diselenggarakan pelatihan tari dan gamelan untuk anak-anak muda secara gratis oleh kampung budaya. Anak-anak muda yang telah mahir di bidang kesenian masing-masing maka akan dilibatkan dalam pementasan menyambut tamu yang tentunya akan menambah penghasilan untuk mereka sendiri.
Untuk melestarikan situs-situs purbakala , kampung budaya bekerja sama dengan FIB UI melakukan penelitian , dokumentasi dan menyelenggarakan seminar mengenai situs peninggalan kerajaan Pajajaran tersebut. Folklore mengenai Sindangbarang sendiri telah dicoba untuk dibukukan oleh teman-teman dari FIB UI.
Saat ini rumah-rumah adat dan tradisi budaya di Kp Budaya Sindangbarang telah direkontruksi dan direvitalisasi dengan bimbingan dan petunjuk dari Bapak Anis Djatisunda seorang Sesepuh Sindangbarang dan Budayawan Jawa Barat. Revitalisasi budaya dan rumah-rumah adat tersebut memang perlu dilakukan agar orang sunda tidak kehilangan jatidirinya.
Tinggal bersama kokolot merupakan salah satu keunikan di kampung budaya Sindangbarang. Karena merupakan kampung budaya maka para tamu akan merasakan suasana kehidupan perkampungan sehari-hari. Dimana para tamu akan tinggal bersama kokolot dan seniman yang memang tinggal di kampung budaya. Para tamu akan menemui suasana para ibu-ibu menumbug padi di saung lisung, memasak dengan menggunakan kayu bakar dan Hawu (kompor tradisional sunda),melihat para petani bercocok tanam, belajar kesenian tradisional dll
.:: Nilai Sejarah
Sindangbarang, nama tersebut telah dikenal dan tercatat dalam babad pakuan / pajajaran sebagai salah satu daerah penting kerajaan sunda dan pajajaran. Hal ini disebabkan di sindangbarang terdapat salah satu keraton kerajaan tempat tinggalnya salah satu istri dari prabu Siliwangi yang bernama Dewi Kentring Manik Mayang Sunda. Sedangkan penguasa sindangbarang saat itu adalah Surabima Panjiwirajaya atau Amuk Murugul. Bahkan Putra Prabu Siliwangi dan Kentring manik mayang sunda yang bernama Guru Gantangan lahir dan dibesarkan di Sindangbarang.
Sampai saat ini masih ada peninggalan purbakala berupa Taman Sri bagenda di Sindangbarang, yaitu taman yang berupa kolam dengan panjang 15 X 45 meter, dan 33 buah titik Punden Berundak.
Di Sindangbarang terdapat Upacara Adat Seren Taun, yaitu merupakan upacara pesta panen raya masyarakat adat Sunda Ladang pada jaman dahulu kala sebagai ungkapan rasa syukur atas hasil panen yang diperoleh. Upacara ini telah berlangsung sejak masih jayanya kerajaan Pajajaran dan berlangsung hingga kini. Diselenggarakan setiap tahun pada bulan Muharam. Pada upacara Seren Taun semua masyarakat desa pasir eurih terlibat, bahkan tamu-tamu dari seluruh jawa barat pun selalu hadir untuk menyaksikan. Upacara ini berlangsung selama 4 hari meliputi upacara ritual dan penampilan kesenian tradisional. |
.:: Nandur Para turis asng sedang belajar nandur bersama kokolot |
|
.:: Angklung Gubrag Rombongan Angklung Gubrag memasuki alun-alun kajeroan pada Seren Taun Guru Bumi 2008 |
|
.:: Ngaleut Ribuan warga desa Pasir Eurih tampak berbondong-bondong menuju tempat upacara Seren Taun Guru Bumi |
|
.:: Barisan Rengkong Barisan Rengkong (pembawa padi) berjalan diikuti oleh rombongan kokolot dan dongdang |
Pare hasil panen Padi hasil panen dibawa barisan rengkong |
Tidak ada komentar:
Posting Komentar